Sunday, July 18, 2010

Said Bin Jubair

Agak sulit memang mencari referensi kisah Said bin Jubair salah seorang tokoh tabi'in yang banyak mengumpulkan hadits. Hadits-haditsnya menjadi rujukan bagi para ulama dimasanya hingga masa sekarang. Berikut sekelumit kisahnya :

Nama lengkapnya adalah Sa’id bin Jubair al-Asadi al-Kufi, yang mempunyai julukan “Abu Abdillah”, Ia seorang ahli fiqh, pembaca al-Qura’an yang fasih dan ahli ibadah.

Sufyan ats-Tsauri lebih mendahulukan tafsirnya dari pada Ibrahim an-Nakha’I, ia berkata:” Ambilah tafsir dari empat orang, yaitu dari Sa’id bin Jubair, Mujahid, Ikrimah dan adh-Dhahhak”. Ibnu Jubair pernah menulis untuk Abdullah bin Utbah bin Mas’ud ketika Abdullah menjadi Qodli di Kuffah. Sesudah itu ia menulis untuk Abi Burdah bin Abi Musa.

Sa’id bin Jubair meriwayatkan dari Abdullah bi az-Zubair, Anas bin Malik, Abu Sa’id al Qudri, dari mereka ini hadits-haditsnya Musnad. Namun, Ia tidak mendengar langsung dari Abu Hurairah, Abu Musa al-Asy’ari, Ali, Sayiidah Aisyah. Jadi semua riwayatnya dari mereka adalah Mursal.

Mengenai hal ini Yahya bin Sa’id berkata:” Hadits-hadits Mursal Sa’id lebih aku sukai dari pada hadist-hadist Mursal Atha’”. Yang meriwayatkan hadits dari Sa’id bin Jubair antara lain: al-Amasi, Mansyur bin al-Mu’tamir, Ya’la bin Hakim,ats-Tsaqafi, dan Simak bin Harb.

Ada kisah menarik semasa hidupnya..

Pada suatu hari. Khalid bin Abdillah menemukannya shalat dibelakang Imam Ali Zainal Abidin as (bin Hussain bin Ali bin Abi Thalib). Ia ditangkap dan dihadapkan ke al-Hajaj, algojo Dinasti Umayyah. Terjadilah dialog yang menarik antara al-Hajaj dengan Said bin Zubair.

Al-Hajaj: Namamu bukan Said bin Zubair (yang beruntung). Namamu Syaqiy bin Kusair ( Si Celaka anak si Melarat).
Said: Ibuku lebih tahu tentang namaku daripadamu.
Al-Hajaj: Bagaimana pendapatmu tentang Abu Bakar dan Umar. Apakah mereka di surga atau neraka?
Said: Kalau aku masuk surga tahulah aku siapa yang ada disana, begitu pula kalau aku masuk neraka.
Al-Hajaj: Bagaimana pendapatmu tentang para Khalifah?
Said: Aku tidak mengurus mereka.
Al-Hajaj: Siapa yang paling kamu cintai?
Said: Yang paling disenangi Allah.
Al-Hajaj: Siapa yang paling disenangi Allah?
Said: itu hanyalah Allah yang tahu. Dia tahu apa yang tampak dan tersembunyi.
Al-Hajaj: Kau berusaha melawanku?
Said: Aku tidak senang berdusta.
Said kemudian dipenggal. Tidak henti – hentinya ia membacakan ayat – ayat Al-Qur’an. Ketika kepalanya jatuh, kepala itu masih menggumamkan zikir tiga kali. Sekali keras, dua kali hampir tidak kedengaran. Sejak membunuh Said, Al-Hajaj menjadi gila. Ia terus – menerus diburu wajah Said yang mencemoohnya. (Al-Mas’udi 3:152).
Mengapa Al-Hajaj tidak menyenangi Said? Al-Hajaj adalah tiran. Tidak ada yang paling dibenci tiran selain orang – orang yang berani berbicara dan tidak mau berdusta. “Dan tidaklah mereka menyiksa orang – orang kecuali karena mereka beriman kepada Allah, Maha Perkasa dan Maha Terpuji” (Al-Buruj : 8).

Maimun bin Mahran berkata:” Sa’id bin Jubair meninggal dunia, saat orang orang membutuhkan ilmunya”
Ia wafat pada tahun 95 H di Kuffah.

Ibroh yang bisa kita petik dari perjalanan hidup Said bin Jubair :
1. kekuatan iman melahirkan keteguhan memegang dalam prisip
2. keberanian mengatakan kebenaran dihadapan penguasa (jihad yang paling utama)
3. Allahu Ghoyatunaa.Bahkan detik menjelang kematiannya tak henti dzikrullah terucap dari lisannya.

Subhanallah, moga sirah Said bin Jubair menginspirasi kita dalam mengemban amanah dakwah ini.

Wallahu 'alam bishshowwab

(googling)

1 comment:

  1. nice post.. :-)
    silakan berkunjung juga ya...
    aptika.blog.uns.ac.id

    ReplyDelete

Thanks For Ur Comment