“Sesungguhnya
Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada
pada diri mereka sendiri.”(QS.13 :11)
Prolog
Teringat dulu
masa awal mengijakkan kaki di Kampus Merah, Universitas Hasanuddin. Wajah
polosku disambut oleh seorang akhwat yang akhirnya ku kenali sebagai senior di
Arsitektur, jurusanku. Sambutan yang
hangat dalam euphoria pendaftaran
ulang SPMB. Setiap momen yang ku lalu-saat itu, menjadi memori yang tidak akan ku lupakan. Terlebih lagi
dari situlah awal aku dibuat semakin cinta pada DAKWAH ini.
Mereka bersinar.
Ku saksikan binar kebahagiaan dan ukhuwah terpancar. Di dalamnya ada semangat
dan harapan yang berkobar. Berlomba-lomba menebar simpati dan kebaikan hingga berharap kelak
bisa mendapat reward “unta merah”.
Kampus Merah
yang terkenal MEMBARA justru lain dari yang ku bayangkan. Manusianya begitu
bergairah, larut dalam hingar bingar menyambut sang adik. Dan sekerumunan
wajah-wajah itu bagai bunga mekar…sungguh
pemandangan yang segar.
Memang kala itu,
semangat partisipasi mahasiswa dalam gerakan kampus masih kental. Tidak terlalu
sulit untuk memobilisasi mahasiswa, semua elemen memberi dukungan yang
signifikan. Perguliran mahasiswa mampu membangun konstelasi yang senantiasa
membesar dengan relatif mudah. Kondisi seperti itu, tentu saja sangat sesuai
untuk menghasilkan produk pergerakan yang signifikan.
Namun, seiring
berjalannya waktu…momentum seperti itu menjadi jarang lagi dinikmati. Konstelasi birokrasi terkait
dengan perubahan status kampus menjadi “independen” di satu sisi “mencekik”
mahasiswa. Biaya pendidikan yang melambung tinggi, serta iklim perpolitikan
negeri ini yang menciptakan sedikit space
bagi mahasiswa untuk “unjuk gigi”. Itu baru hal eksternal.
No comments:
Post a Comment
Thanks For Ur Comment